Kamis, 04 Februari 2010

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI STRATEGI QUANTUM TEACHING MURID TUNANETRA DI SLB-A YAPTI MAKASSAR

JUDUL : PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI STRATEGI QUANTUM TEACHING MURID TUNANETRA DI SLB-A YAPTI MAKASSAR

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat fraksis.
Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret), banyak yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar, membosankan. Dalam sebuah situs di internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan murid tentang pendidikan. Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi.
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Bila metode ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.
Apalagi dalam Quantum Teaching ada istilah ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quantum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat siswa untuk terus belajar dengan semangat. Apalagi Quantum Teaching juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh. Seperti tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas dan lain-lain. Humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki Emotional Intelligence, yaitu kemampuan kita untuk matang mengelola emosi.
Di SLB-A YAPTI MAKASSAR, kita ketahui bahwa semua siswa yang ada di sekolah itu merupakan anak yang mempunyai kondisi yang berbeda dengan anak normal, yaitu anak tunanetra,. Mereka tak jauh halnya dengan anak-anak normal pada umumnya yang membutuhkan pendekatan atau metode belajar yang sesuai dengan apa yang mereka senangi. Oleh karena itu, guru di SLB-A YAPTI MAKASSAR ini di tuntut untuk lebih profesional dibandingkan dengan sekolah pada umumnya karena mereka harus menghadapi siswa dengan karakter serta kondisi yang berbeda.
Berdasarkan uraian diatas, sudah jelas betapa pentingnya penerapan metode Quantum Teaching bagi anak berkebutuhan khusus, karena dapat berimplikasi terhadap motivasi atau semangat siswa dalam memperoleh pembelajaran. Dengan kata lain siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi, terlebih jika ditunjang oleh metode pendekatan Quantum Teaching yang notabenenya dapat memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran dengan begitu mudah serta merasa aman dalam menerima pelajaran tersebut. Sehubungan dengan hal itu maka penulis tertarik untuk mengkaji secara empiric mengenai Peningkatan motivasi belajar melalui strategi Quantum Teaching murid tunanetra di SLB-A YAPTI MAKASSAR. Penerapan metode Quantum Teaching merupakan salahsatu faktor penunjang tercapainya motivasi belajar yang baik sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan tiga masalah pokok dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah gambaran tentang penerapan metode Quantum Teaching?
2. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar anak tunanetra di sekolah inklusi?
3. Apakah ada hubungan positif antara penerapan strategi Quantum Teaching dengan semangat belajar anak tunanetra ?


C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan bagaimana penerapan metode Quantum Teaching.
2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar anak tunanetra di SLB-A YAPTI Makassar.
3. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara penerapan metode Quantum Teaching terhadap motivasi belajar anak tunanetra.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
a. Bagi akademis / Lembaga, menjadi bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan luar biasa.
b. Bagi peneliti, menjadi acuan dan masukan di masa mendatang serta menjadi referensi yang berharga bagi seorang calon pendidik.
b. Manfaat Praktis
a. Bagi guru pembimbing, sebagai bahan masukan dalam memberikan pemahaman tentang Quantum Teaching bagi anak berkebutuhan khusus.
b. Bagi siswa, dapat menjadi masukan dalam memanfaatkan layanan tersebut secara maksimal dalam upaya meningkatkan semangat belajar anak, khususnya dalam persoalan akademik.


E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang direncanakan ini terdiri atas lima bab yang terdiri atas: Bab I pendahuluan, berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II. Kajian pustaka, kerangka pikir dan hipotesis, berisi: tentang penerapan metode Quantum Teaching dengan semangat belajar anak tunanetra, kaitan antara penerapan metode Quantum Teaching dengan motivasi belajar siswa, kerangka pipikeran hipotesis. Bab III. Metode penelitian, berisi: pendekatan dan desain penelitian, peubah dan definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, berisi analisis statistic deskriptif,, pengujian hipotesis mengenai hubungan antara penerapan metode Quantum Teaching dengan semangat belajar anak tunanetra di sekolah inklusi, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V. Kesimpulan dan saran.


II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Quantum Teaching
a. Pengertian Quantum Teaching
Secara harafiah istilah Quantum Teaching berasal dari bahasa inggris yaitu Quantum yang artinya interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan teaching artinya mengajar.
Menurut Guruvalah (2008)
Quantum Teaching berarti menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Quantum Teaching mrupakan cara mengajar yang menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar guru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan mengguakan metode Quantum Teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.
Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Bgian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.
Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa Quantum Teaching merupakan pola pengajaran yang mengutamakan kreativitas guru dalam memberikan pelajaran yaitu dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga memudahkan bagi siswa dalam menerima pelajaran.


b. Prinsip Quantum Teaching
Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:
1. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3. Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4. Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.



c. Pelaksanaan Quantum Teaching
Menurut Guruvala (2009) pelaksanaan Quantum Teaching adalah
1. Guru wajib memberi keteladanan sehingga layak menjadi panutan bagi peserta didik, berbicaralah yang jujur , jadi pendengar yang baik dan selalu gembira (tersenyum).
2. Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan/kegembiraan. “learning is most effective when it’s fun. ‘Kegembiraan’ disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) , dan nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik.
3. Lingkungan Belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa kegembiraan:
a) Pengaturan meja dan kursi diubah dengan berbagai bentuk seperti bentuk U, lingkaran
b) Beri tanaman, hiasan lain di luar maupun di dalam kelas
c) Pengecatan warna ruangan, meja, dan kursi yang yang menjadi keinginan dan kebanggaan kelas
d) Ruangan kelas dihiasi dengan poster yang isinya slogan, kata mutiara pemacu semangat, misalnya kata: “Apapun yang dapat Anda lakukan, atau ingin Anda lakukan, mulalilah. Keberanian memiliki kecerdasan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya” (Goethe).
4. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh yang kuat pada proses belajarnya. Guru dapat mempengaruhi suasana emosi siswa dengan cara :
a) kegiatan-kegiatan pelepas stres seperti menyanyi bersama, mengadakan permainan, outbond dan sebagainya.
b) aktivitas-aktivitas yang menambah kekompakan seperti melakukan tour, makan bersama dan sebagainya.
c) menyediakan forum bagi emosi untuk dikenali dan diungkapkan yaitu melalui bimbingan konseling baik oleh petugas BP/BK maupun guru itu sendiri.
5. Memutar musik klasik ketika proses belajar mengajar berlangsung. Namun sekali-kali akan diputarkan instrumental dan bisa diselingi jenis musik lain untuk bersenang-senang dan jeda dalam pembelajaran.
6. Sikap guru kepada peserta didik :
a) Pengarahan “Apa manfaat materi pelajaran ini bagi peserta didik” dan tujuan
b) Perlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat
c) Selalu menghargai setiap usaha dan merayakan hasil kerja peserta didik
d) Memberikan stimulus yang mendorong peserta didik
e) Mendukung peserta 100% dan ajak semua anggota kelas untuk saling mendukung
f) Memberi peluang peserta didik untuk mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil memberikan argumentasi, dan sejumlah penalaran.
7. Terapkan 8 kunci keunggulan ini kedalam rencana pelajaran setiap hari. Kaitkan kunci-kunci ini dengan kurikulum.
a) Integritas: Bersikaplah jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan nilai-nilai dengan perilaku Anda
b) Kegagalan Awal Kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang Anda butuhkan untuk sukses
c) Bicaralah dengan Niat Baik: Berbicaralah dengan pengertian positif, dan bertanggung jawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus. Hindari gosip.
d) Hidup di Saat Ini: Pusatkan perhatian pada saat ini dan kerjakan dengan sebaik-baiknya
e) Komitmen: Penuhi janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
f) Tanggung Jawab: Bertanggungjawablah atas tindakan Anda.
g) Sikap Luwes dan Fleksibel: Bersikaplah terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu Anda memperoleh hasil yang diinginkan.
h) Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa Anda. Sisihkan waktu untuk membangun dan memelihara tiga bidang ini.
8. Guru yang seorang Quantum Teacher mempunyai ciri-ciri dalam berkomunikasi yaitu :
a) Antusias : menampilkan semangat untuk hidup
b) Berwibawa : menggerakkan orang
c) Positif : melihat peluang dalam setiap saat
d) Supel : mudah menjalin hubungan dengan beragam peserta didik
e) Humoris : berhati lapang untuk menerima kesalahan
f) Luwes : menemukan lebih dari satu untuk mencapai hasil
g) Menerima : mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk menemukan nilai-nilai inti
h) Fasih : berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur
i) Tulus : memiliki niat dan motivasi positif
j) Spontan : dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
k) Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup peserta didik dan peduli akan diri peserta didik
l) Menganggap peserta didik “mampu” : percaya akan keberhasilan peserta didik
m) Menetapkan dan memelihara harapan tinggi : membuat pedoman kualitas hubungan dan kualitas kerja yang memacu setiap peserta didik untuk berusaha sebaik mungkin
9. Semua peserta didik diusahakan untuk memiliki modul/buku sumber belajar lainnya, dan buku yang bisa dipinjam dari Perpustakaan. Tidak diperkenankan guru mencatat/menyuruh peserta didik untuk mencatat pelajaran di papan tulis
10. Dalam melakukan penilaian guru harus berorientasi pada :
a) Acuan/patokan. Semua kompetensi perlu dinilai sesuai dengan acuan kriteria berdasarkan indikator hasil belajar.
b) Ketuntasan Belajar. Ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawakan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi berikutnya.
c) Metoda penilaian dengan menggunakan variasi, antara lain
Tes Tertulis : pertanyaan-pertanyaan tertulis
Observasi : pengamatan kegiatan praktik
Wawancara : pertanyaan-pertanyaan langsung tatap muka
Portfolio : Pengamatan melalui bukti-bukti hasil belajar
Demonstrasi : Pengamatan langsung kegiatan praktik/pekerjaan yang sebenarnya
11. Kebijakan sekolah dalam KBM yang patut diperhatikan oleh guru :
a) Guru wajib mengabsensi peserta didik setiap masuk kelas
b) Masuk kelas dan keluar kelas tepat waktu. Jam pertama misalnya 07.30 dan jam terakhir harus pulang sama-sama setelah bel berbunyi. Pada jam istirahat tidak diperkenankan ada kegiatan belajar mengajar.
c) Guru wajib membawa buku absen & daftar nilai, Silabus, RPP, program semester, modul/bahan ajar sejenisnya ketika sedang mengajar
d) Selama KBM tidak boleh ada gangguan yang dapat mengganggu konsentrasi peserta didik. Misalnya guru/peserta berkomitmen bersama untuk tidak mengaktifkan HP ketika PBM berlangsung
e) Guru harus mendukung kebijakan sekolah baik yang berlaku baik untuk dirinya sendiri maupun untuk peserta didik dan berlaku proaktif.
f) Untuk pelanggaran oleh peserta didik maka hukuman dapat ditentukan secara musyawarah bersama peserta didik, namun untuk pelanggaran kategori berat sekolah berat menentukan kebijakan sendiri.
12. Pengalaman belajar hendaknya menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
a) Terdapat kegiatan membaca, menjelaskan, demonstrasi, praktek, diskusi, kerja kelompok, pengulangan kembali dalam menjelaskan dan cara lain yang bisa ditemukan oleh guru.
b) Gunakan spidol warna-warni dalam membantu menjelaskan di papan tulis.
c) Disarankan menggunakan media pendidikan seperti projector, bagan, dan sebagainya.
d) Diperbolehkan belajar di luar kelas seperti di bawah pohon, dipinggir jalan
Siswa belajar : 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang di lihat dan dengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan lakukan (Vernon A. Magnessen, 1983). Ini menunjukkan guru mengajar dengan ceramah, maka siswa akan mengingat dan menguasai hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkanknya maka akan mengingat dan menguasai sebanyak 90%.
13. Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa serta memberikan stimulus yang mendorong siswa untuk bernuat dan berpikir sambil menghasilkan kara dan pikiran kreatif. Ini memungkinkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Untuk itu guru bisa menggunakan berbagai metoda dan pengalaman belajar melalui contoh yang konstekstual. Setiap kesuksesan dalam belajar siswa layak untuk dirayakan.
14. Suasana belajar siswa, guru dapat mengarahkan kearah ke ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Suasana belajar juga melibatkan mental-fisik-emosi –sosial siswa secara aktif supaya memberi peluang siswa untuk mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil memberikan argumentasi, dan sejumlah penalaran.

2. Motivasi Belajar
1) Pengertian motivasi belajar
Motivasi sebagai gejala psikologi menjadi amat penting dalam pengembangan dan pembinaan potensi individu karena potensi individu ini menjadi satu kekuatan seseorang untuk melakukan sesuai dengan yang diinginkan serta tingkat kekuatannya untuk mencapai keinginan tersebut.
Hasan, C(1994 : 44) menyimpulkan bahwa “ motivasi adalah satu kekuatan yang mendorong diri manusia untuk berbuat sesuatu”. Hal senada juga dikemukakan oleh Purwanto (1998: 71) bahwa “motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”.
Eysenck, (slameto, 2003:170) mengemukakan bahwa
Motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsepsi, sikap, dan sebagainya.
Menurut Mc. Donald (Abimanyu, S 2000 : 84-85) “motifasi adalah suatu perubahan tenaga diri/ pribadi seseorang yang ditandai dengan dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan”. Wlodkowski dalam buku yang sama menjelaskan “motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan prilaku tertentu, yang member arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut”.
Sedangkan Hoy dan Miskel (Purwanto, 1998: 72) mengemukakan bahwa :
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan kompleks, dorongan-dorongan, pertanyaan-pertanyaan, ketegangan (tension States), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kea rah pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Beberapa pengertian diatas, memberi gambaran bahwa motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku seseorang merupakan komponen pokok dalam motivasi.
Purwanto, M. N (1998: 72) menjelaskan secara terperinci mengenai ke tiga komponen pokok yang terkandung dalam motivasi yaitu sebagai berikut:
1) Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2) Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku, berarti ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan kepada sesuatu.
3) Menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intesitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia termasuk prilaku belajar. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, dan sasaran. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita. Salah satu bentuk motivasi adalah motivasi belajar.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.
Abimanyu, S (2000: 49) menyimpulkan bahwa “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungannya”.
Hal senada juga dikemukakan oleh Hasan, C (1994: 84) yaitu bahwa:
Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan nilai sikap.

Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa:

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk menguasai hal-hal yang baru yang ditandai oleh adanya perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan.
Seseorang akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh mamfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Dalam proses belajar motivasi anak akan tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah di dalam mencapai tujuan yang diinginkan meskipun menghadapi banyak tantangan.
Sehubungan dengan hal iyu, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, memberikan semangat dalam belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar sehingga anak yang motivasinya tinggi mempunyai energi yang kuat untuk melakukan kegitan belajar, begitu pula jika sebaliknya.

2) Jenis-jenis motivasi belajar
Abimanyu, S (2000: 87) berpendapat bahwa motivasi belajar di sekolah dibedakan atas dua bentuk yaitu:
1) Motivasi Ekstrinsik; aktivitas belajar dimulai dan di teruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misalnya: belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi social, belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, dan sebagainya.
2) Motivasi intrinsik; klegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya: bel;ajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya ingin menjadi orang terdidik, atau ali dalam mata pelajaran tertentu, dan sebagainya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Hasan, C (1994: 145) bahwa motivasi belajar dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Motivasi intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa adanya paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya: kita mau belajar karena ingin memperoleh pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan Negara. Oleh karena itu, kitapun rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.

2) Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar karena disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.

Uraian di atas, member gambaran bahwa sebagai motivasi, kedua bentuk motivasi belajar itu sama-sama berasal dari dalam subyek dan memberikan arah pada kegiatan subyek. Bermotivasi kuat dalam belajar, tidak harus persis sama dengan bermotivasi intrinsic, karena anak yang bermotivasi ekstrinsik pun dapat didorong oleh motivasi kuat.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Secara umum, factor-faktor yang mempengeruhi motivasi belajar (Abimanyu, S , 2000: 90-91) yaitu : “1) Perhatian, 2) Relevansi, 3) Percaya Diri, 4) Kepuasan”. Berikut ini akan dijelaskan secara terperinci, yaitu:
1) Perhatian
Perhatian anak muncul didorong oleh rasa ingin tahu atau keinginan untuk memenuhi kebutuhannya, karena rasa ingin tahu itu perlu mendapat rangsangan sehingga anak akan memberikan perhatian. Perhatian tersebut diusahakan terpelihara dalam proses belajar berlangsung.
2) Relevansi
Relevansi menunjukkan adanya hubungan bahan pengajaran dengan kebutuhan dan kondisi anak. Motivasi anak akan terpelihara apabila merrka menganggap apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dianut.
3) Percaya diri
Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkatkan sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering kali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dengan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan, yang membawa keberhasilan (prestasi) dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi anak untuk mengerjakan tugas berikutnya.
4) Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan dan anak akan bermotivasi untuk berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujua yang dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar anak.

4) Upaya meningkatkan motivasi belajar
Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah, digunakan beberapa upaya baik dalam bentuk tindakan maupun teknik-teknik.
Rochman, N dan Moein, M (Abimanyu, S dkk, 2000: 92-97) mengemukakan beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya memotivasi kegiatan belajar anak. Tenik-tekni motivasi itu adalah sebagai berikut:
1) Pernyataan penghargaan secara verbal
2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberasilan
3) Menimbulkan rasa ingin tahu
4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh anak
5) Menjadikan tahap dini dala belajar mudah bagi anak
6) Menggunakan materi yang dikenal anak sebagai contoh dalam belajar
7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah di pahami
8) Menuntut anak untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
9) Menggunaka simulasi dan permainan
10) Member kesempatan kepada anak untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum
11) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dari keterlibatan anak dalam kegiatan belajar
12) Memahami iklim social di sekolah
13) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat
14) Memperpadukan motif-motif yang kuat
15) Memperjelas tujuan belajar yang hendak di capai
16) Merumuskan tujuan-tujuan sementara
17) Memberitahukan hasil yang telah di capai
18) Membuat suasana persaingan yang seha di antara para anak
19) Membuat suasana persaingan dengan diri sendiri
20) Memberikan contoh yang positif

Sedangkan Mudjiono dan Dimyati (1994: 92-97) menyatakan bahwa upaya meningkatkan motivasi belajar sebagai berikut:
1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar
2) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
3) Optimalisasi pemanfaatan pemahaman dan kemapuan siswa
4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Kemdian oleh Utuh, H (1986: 26) menyatakan bahwa motivasi belajar dapat diberikan dengan tindakan-tindakan sebagai berikut sebagai upaya menigkatkan motivasi belajar siswa, yaitu:
1) Menunjukkan manfaat dan tujuan dari kegiatan belajar yang akan dilaksanakan
2) Membesara hati siswa
3) Memberikan penjelasan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami siswa
4) Bersifat simpatik
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Memberikan kesempatan menjawab
7) Mempergunakan alat peraga dengan cara yang tepat
8) Bersikap adil, jangan sampai terjadi pilih kasih
9) Segera membagikan hasil pekerjaan
10) Memberikan esempatan bertanya jika terdapat kesalahpahaman
11) Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah bersama
12) Mengatur ruangan kelas yang menimbulkan kegairahan belajar
13) Bersedia meminta maaf dan memaafkan
14) Bekerja tepat pada waktunya
15) Merapikan dan menjaga kebersihan pakaian
16) Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kemampuan siswa
17) Meberikan tugas dan memberikan hasilnya

Uraian di atas, ,memberikan gambaran bahwa dengan adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan agar guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami dan merupakan kekuatan mental pebelajar dalam belajar. Dari diri siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi, kemandirian yang terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kemampuan siswa mengatasi kondisi lungkungan negative dan dinamika siswa dalam belajar. Dari sisi guru, motivasi belajar pada pebelajar berada pada lingkup program dan tindakan pebelajar. Oleh karena itu, guru berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan dan memeliharas motivasi belajar yang ada pada siswa. Dengan demikian, motivasi belajar pada siswa yang harus diidentifikasi oleh guru seyogyanya dikelola dalam acara pembelajaran

3. Anak Tunanetra
1) Pengertian anak tunanetra
Dipandang dari nsegi bahasa, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990: 971) tuna mempunyai arti rusak, luka, kurang, tidak memiliki. Sedangkan netra (Depdikbud, 1990: 613) artinya mata. Tunanetra artinya rusak matanya, luka matanya atau tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam penglihatannya. Menurut White Conference pengertian Tunanetra adalah sebagai berikut:
1. Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision) dari kedua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.
2. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangannya sehingga luas daerah penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari 20 derajat.

Menurut Alana M. Zambone, dalam bukunya yang berjudul Teaching Children With Visual and Additional Disabilities (Alana, 1992: 59) mengatakan bahwa:
Seseorang dikatakan buta total bila tidak mempunyai bola mata, tidak dapat membedakan terang dan gelap, tidak dapat memproses apa yang dilihat pada otaknya yang masih berfungsi.



Sedangkan menurut Nalon (1982: 430) mengatakan bahwa:
Seseorang dikatakan buta (blind) bila ketajaman penglihatan sentral 20/200 atau kurang pada penglihatan terbaiknya setelah dikoreksi dengan kacamata, atau ketajaman penglihatan sentralnya lebih dari 20/200 tetapi ada kerusakan pada lantang pandangnya yang sedemikian rupa hingga diameter terluas dari lantang pandangnya membentuk sudut yang tidak lebih dari 20 derajat.

Dari beberapa pendpat diatas dapat di simpulkan bahwa tunanetra berarti kurang, rusa,atau hilangya mata atau fungsi penglihatan pada mata sehingga tidak dapat melihat meskipun dengan menggunakan aat bantu seperti kacamata dan sejenisnya.

1) Karakteristik anak tunanetra
Berdasarkan karakteristiknya, anak tunanetra dibedakan menjadi dua, yaitu Tunanetra total dan tunenetra kurang lihat.
1. Tunanetra total
a. Rasa curiga pada orang lain
b. Perasaan mudah tersinggung
c. Ketergentungan yang berlebihan
d. Blindism (sering melakukan gerakan-gerakan tanpa mereka sadari)
e. Rasa rendah diri
f. Tangan kedepan dan badan agak membungkuk
g. Suka melamun
h. Fantasi yang kuat untuk mengingat sesuatu objek
i. Kritis
j. Pemberani
k. Perhatian terpusat (terkonsentrasi)

1. Tunanetra Kurang Lihat
a. Selalu mencoba mengadakan fixation atau mencoba melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik-titik benda. Dengan mengerutkan dahi ia selalu mencoba untuk melihat benda apa yang ada di sekitarnya. Ia akan terus mencoba melihat sampai berhasi mengetahui benda yang ingin dilihatnya.
b. Menanggapi rangsang cahaya yang dating padanya, terutama pada benda yang kena sinar, disebut visually function.
c. Bergerak dengan penuh percaya diri baik dirumah maupun di sekolah.
d. Merespon warna
e. Dapat menghindari ritangan yang berbentuk besar dengan sisa pengihatannya.
f. Memiringkan kepala bila akan memulai melakukan sesuatu
g. Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatannya
h. Tertarik pada benda yang bergerak
i. Mencari benda jatuh selalu menggunakan pnglihatannya
j. Mereka akan sealu menjadi penuntun bagi temannya yang buta
k. Bila berjalan sering membentur atau menginjak-injak benda tanpa disengaja
l. Berjalan dengan menyerertkan atau menggeserkan kaki atau salah langkah
m. Kesulitan untuk menunjuk benda atau mencari benda kecuali warnanya kontras
n. Kesulitan melakukan gerakan-gerakan yang halus, dan lembut
o. Selalu melihat benda dngan global atau menyeluruh
p. Koordinasi atau kerja sama antara mata dan anggota badan yang lemah

4. Pengaruh penerapan Quantum Teaching terhadap motivasi belajar anak tunanetra
Quantum Teaching mrupakan cara mengajar yang menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar guru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan mengguakan metode Quantum Teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga melejitkan prestasi siswa.

B. Kerangka Pikir
Quantum teaching merupakan suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Dalam hal ini Quantum Teaching merupakan salah satu factor penunjang tercapainya motivasi belajar siswa yang baik. Dalam hal anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunanetra yang mempunyai karaktristik yang berbeda dengan anak yang normal justru lebih membutuhkan pendekatan atau metode mengajar yang labih serius sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan social atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis (Walberg dan Greenberg: 1997).
Dalam artian bahwa ketika guru mampu mengelola lingkungan kelas yang sesuai dengan kondisi siswa maka akan mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar akademis, dalam hal ini yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Quantum teaching mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi belajar siswa tunanetra.
Kerangka pikir tentang hubungan antara penerapan metode Quantum teaching dengan motivasi belajar siswa tunanetra, divisualisasikan sebagai berikut:






C. Hipotesis
Mengacu pada kajian teori dan alur pikir diatas, maka diajukan hipotesis yaitu “Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan strategi Quantum teaching dengan motivasi belajar siswa tunanetra di SLB-A YAPTI MAKASSAR”.



III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan eksperimen. Artinya, penelitian ini selain mengkaji secara deskriptif dengan menggambarkan tentang pelaksanaan Quantum teaching dan motivasi belajar siswa, juga mengkaji ada tidaknya hubungan secara positif yang signifikan antara Quantum teaching dengan motivasi belajar anak tunanetra di SLBA YAPTI Makassar.
Mengacu kepada desain penelitian korelasional yang artinya mengkaji hubungan antara dengan siswa, maka dapat digambarkan desain penelitian sebagai berikut:



Keterangan :
X : Quantum Teaching
Y : Motivasi belajar

B. Peubah dan Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri atas dua peubah yaitu “Quantum teaching” sebagai peubah bebas yang disimbolkan dengan X, dan “motivasi belajar” sebagai peubah terikat yang disimbolkan dengan Y.
Untuk keperluan penelitian, maka diperlukan definisi operasional peubah yang bertujuan untuk memperjelas konsep yang menjadi peubah dalam penelitian ini agar tidak terjadi interpretasi yang berbeda antara penulis dengan pembaca yaitu:
1. Quantum Teaching berarti menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
2. Motivasi belajar adalah daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, memberikan semangat dalam belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan.

C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SLB-A YAPTI Makassar pada tahun ajaran 2009-2010 sebanyak … orang siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Uji coba
Yaitu dengan menerapkan metode Quantum Teaching dalam proses pembelajaran siswa guna untuk mengetahui sejauh mana keefektifan Quantum Teaching dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Observasi
Yaitu peninjauan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui apakah ada implikasi dari penerapan Quantum teaching terhadap motivasi belajar siswa.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang implikasi dan penerapan Quantum Teaching terhadap motivasi belajar siswa.


E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai langkah dalam rangka menjawab permasalahan yang dikaji sekaligus untuk menguji hipotesis adalah analisis deskriptif, dan analisis korelasi
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan kedua variabel dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi, persentase, rata-rata (mean) dan standar deviasi. Analisis korelasi
2. Analisis Korelasi product moment
Analsisi korelasi product moment dimaksudkan untuk menjawab permasalahan penelitian ini sekaligus menguji hipotesis yang diajukan mengenai ada tidaknya pengaruh mikro sistem terhadap prilaku tawuran siswa SMK Negeri 2 Makassar Makassar, dengan rumus sebagai berikut:
(Sugiyono, 1993: 145)
dimana :
rxy = Korelasi product moment
X = Jumlah nilai variabel x
Y = Jumlah nilai variabel Y
X2 = Jumlah nilai variabel X setelah dikuadratkan
Y2 = Jumlah nilia variabel Y setelah dikuadratkan
XY = Hasil perkalian nilai variabel X dan Y
A. Jadwal dan Rencana Penelitian
1. Penyusunan Proposal 2 Minggu
2. Pengumpulan data 4 Minggu
3. Pengolahan data 4 Minggu
4. Penyusunan 4 Minggu
Jumlah 23 Minggu